Premenstrual Syndrom (PMS)
PMS adalah kumpulan dr gangguan emosi, fisik, psikologis, semangat (mood) yg terjadi setelah ovulasi dan biasanya berakhir ketika terjadi menstruasi pd wanita usia reproduksi. Gejala psikologis yg umum adalah gampang marah, depresi, menangis, sangat sensitif, dan perubahan rasa antara sedih dan marah. Sedangkan gejala fisik yg sering terjadi adalah lelah, kembung, nyeri payu dara, jerawat dan gangguan nafsu makan.kadang gejala-gejala ini tetap berlanjut selama menstruasi.
Bentuk yg lebih parah dr PMS dikenal sbg gangguan dysphoric premenstrual (PMDD) yg terjadi pada sebagian kecil wanita dan menyebabkan gangguan yg sangat parah sehingga harus beristirahat penuh dr pekerjaannya.
PMS adalah kumpulan dr gangguan emosi, fisik, psikologis, semangat (mood) yg terjadi setelah ovulasi dan biasanya berakhir ketika terjadi menstruasi pd wanita usia reproduksi. Gejala psikologis yg umum adalah gampang marah, depresi, menangis, sangat sensitif, dan perubahan rasa antara sedih dan marah. Sedangkan gejala fisik yg sering terjadi adalah lelah, kembung, nyeri payu dara, jerawat dan gangguan nafsu makan.kadang gejala-gejala ini tetap berlanjut selama menstruasi.
Bentuk yg lebih parah dr PMS dikenal sbg gangguan dysphoric premenstrual (PMDD) yg terjadi pada sebagian kecil wanita dan menyebabkan gangguan yg sangat parah sehingga harus beristirahat penuh dr pekerjaannya.
Sekitar 80% wanita pernah 
mengalami PMS. Nanum secara klinis PMS dialami oleh 20% - 30% wanita. 
Sekitar 2% - 6% yg mengalami PMDD.
Hingga saat ini belum ditemukan 
secara pasti apa penyebab PMS. Sebagian besar peneliti menemukan bukti 
bahwa PMS merupakan hasil dr perubahan atau interaksi antara kadar 
hormon seksual dengan senyawa kimia otak yg dikenal sbg 
neurotransmitter.
Beberapa teori menyebutkan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Teori lain bilang, karena hormon estrogen yang berlebihan. Para peneliti melaporkan, salah satu kemungkinan yang kini sedang diselidiki adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel. Kemungkinan lain, itu berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.
Beberapa teori menyebutkan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Teori lain bilang, karena hormon estrogen yang berlebihan. Para peneliti melaporkan, salah satu kemungkinan yang kini sedang diselidiki adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel. Kemungkinan lain, itu berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.
Sindrom ini biasanya lebih mudah
 terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam 
siklus haid. Akan tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS.
 
1. Wanita yang pernah 
melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama
 bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima).
2. Status perkimpoian (wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum).
3. usia (PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30 - 45 tahun).
4. Stres (faktor stres memperberat gangguan PMS).
5. Diet (faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala PMS).
6. Kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat. Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS.
7. Kegiatan fisik (kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya PMS).
Diagnosis PMS
Diagnosis PMS dibuat dg membuat catatan menstruasi yg berisi gejala-gejala fisik dan emosi selama berbulan-bulan. Jika perubahan terjadi secara konsisten sekitar ovulasi (pertengahan siklus atau hari ke 7 s/d 10 siklus haid) dan bertahan sampai menstruasi dimulai, maka diagnosis PMS akan akurat. Tidak ada tes laboratorium untuk menentukan apakah seorang wanita terkena PMS. Tes laboratorium hanya digunakan untuk membedakan dg gejala yg mirip PMS.
Setelah mengetahui apa saja yg 
dapat menyebabkan PMS dan apa saja yg dapat meningkatkan gejalanya, maka
 untuk mencegah PMS sebaiknya para sista menghindari hal-hal yg dapat 
meningkatkan gejala PMS dg memperbaiki siklus hidup sista, makan makanan
 yg bergizi, hindari stress; gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman 
bersoda, produk susu, dan makanan olahan saat menjelang menstruasi. 
Selain itu penting jg menghindari rokok dan alkohol serta membiasakan 
diri berolah raga.




0 comments:
Post a Comment